Rabu, 03 April 2013

cerpen



Yang Terlewakan
Saat aku duduk sendiri di dekat perapian, untuk menghangatkan tubuh di cuaca yang dingin ini. Dengan terlintas bayangan wanita cantik yang bernama Aurel, ia adalah teman dekatku. Mungkin bisa dibilang ia pacarku, karena kita berdua saling menyukai. Sayang kini ia entah dimana, setelah terakhir kali ku melihat senyuman manisnya itu tiga tahun yang lalu. Takkan pernah terlupakan bayangnya , senyuman yang alihkan dunia, dilengkapi wajah yang menawan hati dengan lenturan betuk tubuhnya. Aku selalu bertanya dalam hati , apakah ia masih menyukaiku bila kita dipertemukan lagi ? sungguh hatiku selalu bertanya. Tapi apakah kita akan dipertemukan? aku ragu, tiap kali aku mencari tau keberadaanya, slalu tak ada jawabnya. Entah kemana ia pergi, tapi akan slalu kutunggu pertemuan kita. Hah, takkan pernah habis bila ku membayangkan Aurel.   
Mending aku jalan-jalan keperkotaan, siapa tau aku bertemu dengannya. Aku kaget saat membuka pintu rumah, aku langsung bertatap muka dengan Khaylila anak dari pemilik rumah ini.
” Huh, kamu ngagetin aja ”
” Maaf  Van, barusan mau ngetuk pintu takut lagi tidur, soalnya sepi banget”
” Oh, emang ada perlu apa ?“
“ Ini, segelas susu untuk menghanatkan tubuhmu di dinginnya pagi ini “
“ Aduh , tidak usah repot-repot segala “
” Tidak apa-apa, minumlah ”
” Ya sudah ayo masuk kedalam, diluar dingin ”
Kita berduapun masuk kedalam dan duduk di dekat perapian, saat aku meneguk susu pemberian Khaylila, tiba-tiba ia memegang daguku ia membalikan mukaku untuk menghadap mukanya . Dua buah bola matanya menatap mataku, aku bingung apa yang akan dilakukan Khaylila terhadapku.
” Van, saat pertama kali kau datang ke kampung ini aku selalu memperhatikan setiap langkahmu yang menapaki bumi ini. Dan setelah setiap hari aku berfikir, aku sadar aku menyukaimu ” .
Aku kaget dan bingung mendengar perkataanya, entah apa yang harus ku jawab. Jujur Khaylila memang cantik dan juga baik hati, lebihnya lagi dia mirip sosok Aurel yang menghilang entah kemana. Tapi aku bingung, hati kecilku yakin bahwa Aurel pasti kembali. Sekarang aku mesti memilih antara kepastian dan ketidakpastian. Khaylila yang ada dihadapanku dan Aurel yang entah dimana.
” Oh ya, terimakasih”
” Van apakah kamu menyukaiku juga?”
” Kamu cantik, aku suka”
” Apakah itu benar, kamu ga bohongkan (tersenyum)?”
” Tidak, aku tidak bohong ”
Khaylila langsung mencium keningku, ia langsung pergi dengan kesenangan yang tergambar dari raut wajahnya. Aku masih ragu dengan keputusanku, apa aku tidak akan menyesal nanti. Mungkin sudah terlambat untuk berfikir, semua telah terjadi. Mending aku pergi keluar untuk menenangkan diri. Akupun pergi keperkotaan, setelah tiba disana aku bingung untuk membeli apa. Terlintas dipikiranku membeli kalung untuk diberikan kepada Khaylila, akupun pergi ke toko perhiasan. Aku masuk kedalam toko, saat aku melihat-lihat mataku tertuju pada kalung berwarna putih yang indah memancar. Aku menunduk memperhatikan kalung itu.
” Ba, boleh liat kalung yang ini (menunjuk kalung berwarna putih),berapa harganya?”
” Boleh, satu juta seratus tigapuluh ribu, pak ”
Aku kaget mendengarnya, bukan soal harga melainkan suara pelayan toko. Aku seperti mengenal suara ini, akupun langsung melihat muka si pelayan toko. Aku kaget melihatnya, perasaanku tak menentu, serasa waktu berhenti tuk sejenak menikmati sosok wajah yang kulihat.
”Kamu Aurel kan ?” 
”Iya, kamu Ivan kan ?”
”Ia aku Ivan kemana saja El, aku mencari kamu kemana-mana?”
”Sorry, dulu aku pergi ke Jakarta, susah ceritanya panjang”
”Terus kenapa aku ga bisa ngehubungi kamu?”
”Handphone aku hilang dan aku ga bisa ngasih kabar karena aku ga tau nomor kamu”
”Ya sudah ”
” Nanti kalau ada waktu aku cerita ke kamu, sekarang aku lagi jaga toko dulu”
”Ya gapapa”
”Gimana ini jadi beli kalungnya?”
”Ya udah, aku beli”
” Ini kalungnya, entar kesini lagi, sekarang aku jaga toko dulu”
”Ia aku akan datang lagi”
”Makasih dah Ivan ”
Akupun pulang kerumah membawa kalung yang baru saja aku beli, sampai dirumah aku baru sadar bagaimana dengan Khaylila. Aku baru saja ketemu dengan Aurel perempuan yang sangat aku sayangi, aku harus memilih siapa ?. Ternyata benar firasatku bahwa Aurel pasti kembali, aku harus jelaskan pada Khaylila tentang kata-kataku tadi agar aku dapat dengan tenang kembali kepada Aurel perempuan yang aku sayangi. Mungkin aku akan menyakiti Khaylila, mungkin Aurel takkan setuju aku menyakiti seorang manusia, tapi aku terlalu menyayangi Aurel. Tanpa menunggu waktu aku pergi kerumah Khaylila, ternyata ia sedang duduk melamun di halaman rumahnya. Akupun langsung duduk di sebelahnya.
”Hay, aku mau ngomong ”
”Mau  ngomong apa?“
“Soal kata-kata yang tadi pagi“
”Emang kenapa?”
Aku menceritakan semuanya pada Khaylila, ia mendengarkan ceritaku meski sambil menyucurkan air mata.
”Maafkan aku Hay, ini sebagai permintaan maafku, sebuah kalung untuk kenang-kenangan”
”Kamu jahat, kamu mempermainkanku”
”Aku tau, aku salah ”
”Kenapa kamu tak jujur kalo kamu gak suka sama aku, aku benci kamu(melemparkan kalung pemberianku dan berlari masuk rumah)”
Aku memang salah, tapi hanya itu yang dapat kuperbuat. Sudahlah memang ini mungkin yang terbaik untuknya. Oh iya, aku lupa kenapa aku tidak meminta nomor yang bisa kuhubungi pada Aurel, gimana kalau dia menghilang lagi saat besok atau nanti aku kesana. Benar, itu tidak boleh terulang untuk kedua kalinya, aku tidak mau. Akupun pergi ketoko perhiasan tadi dengan cepat, sesampainya disana untungnya toko belum tutup. Aku tengok dari jendela toko, perasaan yang sama terjadi saat aku melihat Aurel kembali rasa kaget melihatnya, perasaanku tak menentu, serasa waktu berhenti tuk sejenak saat aku melihatnya. Siapa laki-laki yang berani memegang pundak Aurel dengan mesra itu, dan aneh kenapa Aurel diam saja. Tiba-tiba datang pelayan toko yang hendak beres-beres diluar toko.
”Pa(menepuk  pundakku), bapak yang tadi beli kalung kan ”
”Ia”
”Kenapa malah ngeliatin orang yang sedang bermesraan”
”Memang siapa lelaki yang bersama Aurel?”
”Ia Tovan, tunangannya Aurel”
”Tidak mungkin, jangan bercanda”
”Saya tidak bohong, lihat saja jari Aurel dan Tovan keduannya terdapat cincin yang sama, itu adalah cincin tunangan mereka, ya sudah masuk saja, saya duluan mau beres-beres”
Saat aku melihat cincin mereka, memang benar mereka mungkin telah bertunangan. Tuhan kenapa ini harus terjadi padaku apakah ini akibat aku menyakiti hati Khaylila?. Tubuhku terasa lemas, mungkin aku takpercaya lagi dengan apa yang kau beri, aku aku terdampar disini bagai tersudut menunggu mati. Aku tak percaya lagi akan guna matahari yang dulu mampu terangi sudut gelap hati ini. Aku mulai berhenti berharap dan menunggu datang gelap sampai nanti suatu saat tak ada cinta kudapat. Kenapa ada derita bila bahagia tercipta, menapa harus ada sang hitam bila putih menyenangkan. Aku pulang tanpa teman tuk terima kenyataanku, Tuhan telah ajarkan aku derita. Aku yang telah menyakiti dan disakiti, aku melewatkan orang yang mencintai dan dicintaiku .





cerpen



Mawar Disapa Badai

            Teman kecil kau terdiam tak berdaya, di tengah reributan orang-orang yang berlarian menghindari bisingnya suara-suara tembakan. Ijinkan aku membantu beri seteguk susu. Teman kecil kau menunduk dan terteguk, pandangi lelaki yang terkapar pucat membisu disampingmu. Sungguh terlenyap hati ini, sungguh waktu terasa berhenti sejenak, saat  mereka bilang itu ayahmu,. Entah apa yang ada di benakmu, tapi bahasa tubuhmu, raut muka lugumu, lucunya pipi merah dan berai matamu tunjukan, sobat kecil kau belum mengerti. Ayahmu telah berpulang, ibumu tak tau dimana, begitulah getirnya makna hidupmu. Niat tulus berbagi, ringankan kisah pahitmu, kumohon sambut uluran tanganku. Teman kecil kau menunduk dan terlemas membisu, ratapi lelaki yangterkapar disampingmu dengan sebuah lubang peluru didadanya. Teman kecil kau belum mengerti ayahmu telah berpulang, tapi yang terlihat dari bahasa tubuh dan mata sayumu, kau membaca tanpa mata, mungkin batinmu yang mengerti, sayang matamu belum mengerti. Seakan jurang tercipta untukmu teman kecil.
Maafkan aku membawamu ke gubuk ini teman, tapi disini cukup aman untuk berlindung dari tentara-tentara keji tak bermanusiawi itu. Akan kubesarkan kau disini, biar aku takkan pulang kenegeriku, semoga peperangan ini cepat berakhir tenanglah sobat akan kucoba menghangatkanmu dengan sebatang lilin di tengah badai ini. Akupun tak ingin kau meredup dan membeku dan lilin ini segalanya yang tersisa. Mari kita coba berusaha bertahan dengan do’a lelaki yang terkapar itu . Kupercaya ini takan berakhir sampai disini. Teman kecil takan kubiarkan dirimu terbunuh dalam sepi. Akan kutenangkan resahmu saat langkahmu terasa berat, akan ku teduhkan jiwamu saat matahari bersinar pijar. Sebelum kau tersudut menunggu mati, terimalah uluran tanganku. Aku yakin teman kau adalah bingkisan Tuhan yang akan perindah bumi kita, dan kau yang akan buatku tersenyum saat aku lelah nanti . Biarkanlah aku bersandar di pundakmu, saat raga ini tak sanggup tuk berdiri.
             Dewasa kelak kau kembali, bangkitkan bumi kita agar tak lagi menangis .Dan dewasa kelak kau kembali berikan berikan sentuhan agar bumi kita tak lagi merintih. Karena ketika aku melihatmu teman, aku lihat cahaya terang, aku dapat merasakan kemana kan pergi. Ketika aku injak bumi ini, aku yakin semua akan kembali aku nikmati. Melihat cahaya itu dalam dirimu, takan pernah aku takut takan pernah aku sedih, hadapi semua ini.
            Setelah waktu-waktu berlalu kulalui denganmu teman, masih kuingat serapuk kelopak sang mawar yang disapa badai cobaan, berselimutkan rautan bilik yang rapuh . Saat engkau teman menahan sendiri, diterpa dan luka oleh senja. Setelah sang mawar dijaga, munculah matahari pagi bermahkotakan embun. Saat engkau ada disini dan peka terhadap semua, datanglah cahaya terang . Mawar kini ku memanggilmu teman, teman kecil yang beranjak lanjut usia. Mawar yang cantik, cepatlah kau besar ajarkan dunia, berbagi seperti apa yang aku ajarkan nanti. Dengan senyummu senjata pembeku tentara bernyanyi ikuti tingkahmu, tak ada lagi yang kutakuti, ku terlindungi dengan sentuhanmu. Saat engkau bangkitkan dunia, tak adalagi naluri menguasai , perlahan berganti naluri berbagi. Senyuman, tawa ceriamu yang telah terdengar menghiasi telinga ini, kini telah bersiap. Karena baru saja kulihat kau telah berdiri coba berlari, tak pernah kau jera, hidup yang inginkan . Kilau hari-hari dan birunya langit, terhapus rasa indah terpejam oleh lelah. Dalam lelahnya mata, nikmat dunia menjelma, sejenak kau berharap tenag malam tanpa batas. Bundamu yang entah dimana pasti bisikan, jangan pernah menyerah jalani tanpa dia kan. Kelak syukur kau ucapkan pada diri-Nya, ku mohonkan mudahkan hidup teman kecilku Mawar, dan hiasilah dengan belai-Mu. Sucikan tangan–tangan yang memegang erat hatinya, terangi harinya dengan lembut mentari-Mu, buka genggaman yang telah menjadi hak mereka. Buatlah senyuman anak ini kan selalu berseri .
            Kini kan kutunggu kau berlari sekencang-kencangnya, untuk menggapai mimpi-mimpimu. Bahkan mungkin nanti, kau akan melompat lebih tinggi dan jauh mengayuh melewati tujuan hidup yang kan kau tempuh Mawar. Kini biarlah masa lalumu dan diriku, menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan. Hidupku dan hidupmu ini adalah perjalanan terindah,  hidupmu dan hidupku ini adalah film terbaik dalam bumi kita ini, kan kussaksikan aksi-aksimu selanjutnya Mawar, kan kutunggu karena kau kan jadi pemenang. Takkan pernah menyesal aku datang kebumi kelahiran engkau ini Mawar. Apalagi akan kulihat engkau memberikan sentuhan–sentuhan yang kan rapuhkan lumut-lumut yang menjadi racun dan kan mengubah manusia dengan virusnya. Tunjukan padaku engkau jadi pemimpin sebelum waktu yang tepat untuk berpisah itu tiba, karena aku tidak mau ada yang terlewatkan.  

cerpen





Waktu Begitu Singkat


            Sore itu gerimis basahi semua halaman rumahku,aku yang tinggal sendiri di rumah karena aku sudah tidak mempunyai orang tua.Aku berdiam diri di kamar sambil menikmati teh hangat dengan iringan lagu yang tenang di tambah lagi dengan hangat selimut yang menyelimuti tubuhku. Aku membuka jendela kamarku, ternyata diluar sana terdapat seorang kakek tua yang menggigil kedinginan, dengan tangan yang mendekap lutut dan baju basah kuyup kakek itu berdiam diri di sebrang jalan. Sungguh tersentuh hati ini melihathya, rasa kenikmatan hangat tubuhku tadi menjadi pudar melihat kakek itu kedinginan. hatiku tergugah aku membawa kakek itu kerumah. Setelah aku bawa kerumah aku berikan kakek baju ganti juga segelas teh hangat. Lalu aku bertanya kepada kakek itu “ ke, kakek kenapa bisa hujan-hujanan seperti itu?”, 
            “ kakek putus asa nak”  
            ”memang apa yang terjadi dengan kakek ?”
            ” begini nak, sudah lama  kakek dirawat di rumah sakit, saat kake dirawat anak-anak dan cucu kakek menjenguk kakek, alangkah senangnya kake saat itu apalagi kabar mengembirakanya lagi besok sore  kakek sudah diperbolehkan pulang . Karena kakek sudah boleh pulang kakek beniat memberi kejutan kepada mereka untuk pulang lebih cepat tanpa di jemput oleh mereka. Ketika kakek sampai di depan pintu rumah kakek, terdengar suara ribut, karena kake penasaran kake menguping pembicaraan mereka, sungguh mengiris hati kakek mendengar mereka membicarakan tentang harta kakek, mereka memperebutkannya  apalagi saat ada yang berbicara ”
           
”Aku tidak mau mengurusi pemakamannya kakek tua itu”
            ”begitu banyak orang yang berbicara disana, sangat ribut ketika itu kakek pusing dengan hati perih kakek pergi, tanpa kakek tau harus kemana lalu ketika hujan tadi turun kakek berpikir untuk pergi ke kampung halaman kakek, kakek ingin tidur disana. Tapi saat kakek mencoba berjalan apadaya sakit kakek kambuh dan kakek tak dapat berjalan lagi, untungnya seorang pemuda datang menolong kakek dan memberi perlindungan dirumah yang nyaman ini.” 
” ternyata manusia telah buta oleh harta ya ke ”
” benar, mungkin uang telah menjadi nafas kehidupan”
”iya kek, uang sangat diperebutkan manusia”
            ”iya, nak sepertinya sepi di rumah ini?,”
            ”aku tinggal sendiri ke di rumah ini sejak sepuluh tahun yang lalu, karena kedua orang tua ku meninggal, entah aku punya saudara atau tidak karena belum pernah ada yang ke rumah ini, sudah tinggalah dirumah ini kek ”
            ”tidak nak, kakek tidak bisa ”
            ”kenapa tidak , apakah rumah ini jelek”
            ”bukan, bukan karena itu kakek ingin pulang ke tanah kelahiran kakek .”
            ” kapan kakek mau kesana, akan aku antarkan kakek kesana”
            ’’inginya kakek sekarang karena, tapi apakah ini tidak terlalu berlebihan?”
            ” tapi ke, aku tidak memiliki mobil yang ku punya hanya sebuah sepeda motor , karena hujan bagaimana kalau saya antar naik bis umum saja, apa tidak apa-apa ke .”
             ” tidak apa-apa nak, trimakasih atas kemulaan hatimu”
Akupun pergi mengantarkan kakek, di perjalanan dalam bis begitu sesak dan ramai oleh para penumpang. Berbagai raut muka tersaji disana dengan raut-raut yang dipenuhi keringat karena panasnya dan tidak nyamannya kendaraan ini. Mungkin sebenarnya ini bukanlah kendaraan manusia melainkan kendaraan binatang, karena disini begitu kotor dan bau ditambah lagi tempat duduk yang sudah bolong-bolong dan karatan. Tapi anehnya kendaraan ini tetap penuh oleh penumpang.
Tiba-tiba datanglah seorang kondektur
” ongkos de ”
            ” berapa pa kalau dua orang ”
” enam ribu rupaiah de.”
Aku kaget mendengarnya, akupun memberikan uangnya, ternyata rasa penasaran dan kebingungan ku terjawab. Karena ongkosnya murah, kendaraan yang tersajinya pun seperti ini adanya. Sungguh kasihan para penumpang ini, mungkin ia tiap kali menaiki kendaraan seperti ini. Memang uang telah membeli segalanya tapi apakah tidak ada perhatian orang-orang berdasi untuk memberikan perhatian terhadap pelayanan masyarakat kecil. Mungkin kalimat yang diatas tetap diatas dan yang dibawah tetap dibawah itu benar. Ternyata kakek tertidur pulas, meskipun kendaraan ini tidak nyaman .Akhirnya teminal yang dituju sampai, di terminal aku dan kakek berjalan menuju kampung kakek, karena tidak ada kendaraan umum yang menuju sana, aku bertanya
            ”di kampung ini kakek punya saudara ”
            ”tidak ”
            ”terus kakek akan tinggal dengan siapa disini”
             ”kakek punya sahabat, kakek yakin dia mau mengurusi kakek untuk sebentar saja ”
            ” memang kakek akan pergi kemana lagi ?”
” ke suatu tempat yang jauh dan indah ”
” dimana itu ke ?”
”nanti juga kita akan bertemu disana, biarlah itu jadi sebuah kejutan ” . Akhirnya sampailah di kampung yang dituju .
” inilah rumah sahabat kakek , assalammuallaikum...
wa’alaikumsalam
” wahai sahabat masih ingatkah engkau kepadaku?” ujar kakek.
”tentu saja Hasan, aku tidak akan lupa kepada teman mainku dulu, haha ( saling berpelukan )”
” ternyata kau telihat lebih muda Lim”
 Mereka saling bercengkrama, sahabat lama yang dipertemukan. Lalu aku dan kakek dipersilahkan masuk kerumahnya teman kakek yaitu Salim namanya. Dan ternyata nama kakek sendiri adalah Hasan.
”Siapakah pemuda yang engkau bawa ini San ? cucumu ataukah anakmu ya, ha.”
” Bagaimana kau Lim, memang aku masih sekuat itu untuk memiliki seorang anak, hahaha.”
”Bisa saja San hahaha”
”istriku tercinta sudah lama meninggal, ini adalah cucu angkatku”
”oh iya iya, ini kenalin cucu paling kecilku namanya Nayla, ayo salam kepada kakak dan kakek  nak”
’’Oh iya ke, mungkin aku harus pulang sekarang karena besok pagi aku harus masuk kuliah ”
” oh ia nak, kakek sangat sangat sangat berterimakasih atas segala bantuan mu, kakek tidak punya apa-apalagi yang kakek punya hanya tasbih ini, jualah tasbih ini bila kau memerlukan uang tasbih ini masih mempunyai sedikit harga ambilah nak.”
” baiklah, trimakasih ”
” jaga dirimu baik- baik nak ”
Setelah berpamitan akupun pulang, aku terus berjalan kaki menuju terminal. Lelah memang terasa, keringat terus mengucur di setiap pipiku. Tapi melihat perjuangan kakek Hasan, ini belum seberapa. Sesampainya di terminal akupun naik bis, setelah beberapa jam sampailah aku di depan pintu rumahku. Karena lelah setelah masuk rumah aku langsung tertidur pulas. Esok aku melakukan aktivitas seperti biasa, setelah pulang kuliah taksengaja tasbih pemberian kakek terjatuh dan butiran-butiran tasbih itu berpisahan karena tali pengikat tasbih-tasbih itu putus. Aku takut ini sebuah pertanda buruk. Aku pergi kesebuah toko untuk memperbaiki tasbih ini, setelah disana diperbaiki pemilik toko bertanya
” hebat nak, kamu memiliki tasbih semahal ini ”
”memang berapa harganya pak?”
” akan lebih dari puluhan juta, karna ini adalah butiran-butiran mutiara ”.
Aku kaget mendengarnya, kakek Hasan memberikan barang yang terlalu bernilai harganya. Setelah selesai diperbaiki aku langsung pergi ke kampung kakek Hasan yang kemarin aku datangi. Setelah waktu demi waktu berlalu sampailah aku di rumah kake Salim temanya kakek Hasan. Dihalaman rumahnya ada cucu Kakek Salim , Nayla.
” De mana Kake Hasan temannya kakek mu ”
” ikuti aku ka ” jawab Nayla anak kecil yang lucu itu.
 Aku dibawa ke suatu tempat, aku mengucurkan air mata di tempat itu. Ternyata itu adalah makam, makam yang bertuliskan nama kakek yaitu Hasan. Ternyata kata kakek ingin tidur ditanah kelahiran kakek adalah ini. Mataku terus mengeluarkan air, tubuhku lemas dan jari-jariku bergetar menyentuh tanah yang masih harum dengan wangi-wangian kembang. Saat aku menangis, aku sudah tidak kuat lagi. Disana aku memejamkan mata.