Yang Terlewakan
Saat
aku duduk sendiri di dekat perapian, untuk menghangatkan tubuh di cuaca yang
dingin ini. Dengan terlintas bayangan wanita cantik yang bernama Aurel, ia
adalah teman dekatku. Mungkin
bisa dibilang ia pacarku, karena kita berdua saling menyukai. Sayang kini ia entah dimana, setelah terakhir kali ku melihat
senyuman manisnya itu tiga tahun yang lalu. Takkan pernah terlupakan bayangnya
, senyuman yang alihkan dunia, dilengkapi wajah yang menawan hati dengan
lenturan betuk tubuhnya. Aku selalu bertanya dalam hati , apakah ia masih
menyukaiku bila kita dipertemukan lagi ? sungguh hatiku selalu bertanya. Tapi
apakah kita akan dipertemukan? aku ragu, tiap kali aku mencari tau
keberadaanya, slalu tak ada jawabnya. Entah kemana ia pergi, tapi akan slalu kutunggu pertemuan kita. Hah, takkan
pernah habis bila ku membayangkan Aurel.
Mending aku jalan-jalan keperkotaan, siapa tau aku
bertemu dengannya. Aku kaget saat membuka pintu rumah, aku langsung bertatap
muka dengan Khaylila anak dari pemilik rumah ini.
” Huh, kamu ngagetin aja ”
” Maaf Van,
barusan mau ngetuk pintu takut lagi tidur, soalnya sepi banget”
” Oh, emang ada perlu apa ?“
“ Ini, segelas susu untuk menghanatkan tubuhmu di
dinginnya pagi ini “
“ Aduh , tidak usah repot-repot segala “
” Tidak apa-apa, minumlah ”
” Ya sudah ayo masuk kedalam, diluar dingin ”
Kita berduapun masuk kedalam dan duduk di dekat
perapian, saat aku meneguk susu pemberian Khaylila, tiba-tiba ia memegang
daguku ia membalikan mukaku untuk menghadap mukanya . Dua buah bola matanya
menatap mataku, aku bingung apa yang akan dilakukan Khaylila terhadapku.
” Van, saat pertama kali kau datang ke kampung ini
aku selalu memperhatikan setiap langkahmu yang menapaki bumi ini. Dan setelah
setiap hari aku berfikir, aku sadar aku menyukaimu ” .
Aku kaget dan bingung mendengar perkataanya, entah
apa yang harus ku jawab. Jujur Khaylila memang cantik dan juga baik hati,
lebihnya lagi dia mirip sosok Aurel yang menghilang entah kemana. Tapi aku
bingung, hati kecilku yakin bahwa Aurel pasti kembali. Sekarang aku mesti
memilih antara kepastian dan ketidakpastian. Khaylila yang ada dihadapanku dan
Aurel yang entah dimana.
” Oh ya, terimakasih”
” Van apakah kamu menyukaiku juga?”
” Kamu cantik, aku suka”
” Apakah itu benar, kamu ga bohongkan (tersenyum)?”
” Tidak, aku tidak bohong ”
Khaylila langsung mencium keningku, ia langsung
pergi dengan kesenangan yang tergambar dari raut wajahnya. Aku masih ragu
dengan keputusanku, apa aku tidak akan menyesal nanti. Mungkin sudah terlambat
untuk berfikir, semua telah terjadi. Mending aku pergi keluar untuk menenangkan
diri. Akupun pergi keperkotaan, setelah tiba disana aku bingung untuk membeli
apa. Terlintas dipikiranku membeli kalung untuk diberikan kepada Khaylila,
akupun pergi ke toko perhiasan. Aku masuk kedalam toko, saat aku melihat-lihat
mataku tertuju pada kalung berwarna putih yang indah memancar. Aku menunduk
memperhatikan kalung itu.
” Ba, boleh liat kalung yang ini (menunjuk kalung
berwarna putih),berapa harganya?”
” Boleh, satu
juta seratus tigapuluh ribu, pak ”
Aku kaget mendengarnya, bukan soal harga melainkan
suara pelayan toko. Aku seperti mengenal suara ini, akupun langsung melihat
muka si pelayan toko. Aku kaget melihatnya, perasaanku tak menentu, serasa
waktu berhenti tuk sejenak menikmati sosok wajah yang kulihat.
”Kamu Aurel kan ?”
”Iya, kamu Ivan kan ?”
”Ia aku Ivan kemana saja El, aku mencari kamu
kemana-mana?”
”Sorry, dulu aku pergi ke Jakarta, susah ceritanya
panjang”
”Terus kenapa aku ga bisa ngehubungi kamu?”
”Handphone aku hilang dan aku ga bisa ngasih kabar
karena aku ga tau nomor kamu”
”Ya sudah ”
” Nanti kalau ada waktu aku cerita ke kamu,
sekarang aku lagi jaga toko dulu”
”Ya gapapa”
”Gimana ini jadi beli kalungnya?”
”Ya udah, aku beli”
” Ini kalungnya, entar kesini lagi, sekarang aku
jaga toko dulu”
”Ia aku akan datang lagi”
”Makasih dah Ivan ”
Akupun pulang kerumah membawa kalung yang baru
saja aku beli, sampai dirumah aku baru sadar bagaimana dengan Khaylila. Aku
baru saja ketemu dengan Aurel perempuan yang sangat aku sayangi, aku harus
memilih siapa ?. Ternyata benar firasatku bahwa Aurel pasti kembali, aku harus
jelaskan pada Khaylila tentang kata-kataku tadi agar aku dapat dengan tenang
kembali kepada Aurel perempuan yang aku sayangi. Mungkin aku akan menyakiti
Khaylila, mungkin Aurel takkan setuju aku menyakiti seorang manusia, tapi aku
terlalu menyayangi Aurel. Tanpa menunggu waktu aku pergi kerumah Khaylila,
ternyata ia sedang duduk melamun di halaman rumahnya. Akupun langsung duduk di
sebelahnya.
”Hay, aku mau ngomong ”
”Mau ngomong apa?“
“Soal kata-kata yang tadi pagi“
”Emang kenapa?”
Aku menceritakan semuanya pada Khaylila, ia
mendengarkan ceritaku meski sambil menyucurkan air mata.
”Maafkan aku Hay, ini sebagai permintaan maafku,
sebuah kalung untuk kenang-kenangan”
”Kamu jahat, kamu mempermainkanku”
”Aku tau, aku salah ”
”Kenapa kamu tak jujur kalo kamu gak suka sama
aku, aku benci kamu(melemparkan kalung pemberianku dan berlari masuk rumah)”
Aku memang salah, tapi hanya itu yang dapat
kuperbuat. Sudahlah memang
ini mungkin yang terbaik untuknya. Oh iya, aku lupa kenapa aku tidak meminta
nomor yang bisa kuhubungi pada Aurel, gimana kalau dia menghilang lagi saat
besok atau nanti aku kesana. Benar, itu tidak boleh terulang untuk kedua
kalinya, aku tidak mau. Akupun pergi ketoko perhiasan tadi dengan cepat,
sesampainya disana untungnya toko belum tutup. Aku tengok dari jendela toko,
perasaan yang sama terjadi saat aku melihat Aurel kembali rasa kaget
melihatnya, perasaanku tak menentu, serasa waktu berhenti tuk sejenak saat aku
melihatnya. Siapa laki-laki yang berani memegang pundak Aurel dengan mesra itu,
dan aneh kenapa Aurel diam saja. Tiba-tiba datang pelayan toko yang hendak
beres-beres diluar toko.
”Pa(menepuk pundakku), bapak yang tadi beli kalung kan ”
”Ia”
”Kenapa malah ngeliatin orang yang sedang
bermesraan”
”Memang siapa lelaki yang bersama Aurel?”
”Ia Tovan, tunangannya Aurel”
”Tidak mungkin, jangan bercanda”
”Saya tidak bohong, lihat saja jari Aurel dan
Tovan keduannya terdapat cincin yang sama, itu adalah cincin tunangan mereka,
ya sudah masuk saja, saya duluan mau beres-beres”
Saat aku melihat cincin mereka, memang benar
mereka mungkin telah bertunangan. Tuhan kenapa ini harus terjadi padaku apakah
ini akibat aku menyakiti hati Khaylila?. Tubuhku terasa lemas, mungkin aku
takpercaya lagi dengan apa yang kau beri, aku aku terdampar disini bagai
tersudut menunggu mati. Aku tak percaya lagi akan guna matahari yang dulu mampu
terangi sudut gelap hati ini. Aku mulai berhenti berharap dan menunggu datang
gelap sampai nanti suatu saat tak ada cinta kudapat. Kenapa ada derita bila
bahagia tercipta, menapa harus ada sang hitam bila putih menyenangkan. Aku pulang tanpa teman tuk terima
kenyataanku, Tuhan telah ajarkan aku derita. Aku yang telah menyakiti dan disakiti,
aku melewatkan orang yang mencintai dan dicintaiku .