Goresan
Tinta Bening
Tidak
terasa, sebentar lagi aku akan menjadi seorang sarjana seni rupa, aku yang bekuliah di salah satu
perguruan tinggi negeri ternama di Bandung, dan untuk mengakhiri masa kuliahku, aku
dihadapkan pada tugas akhirku untuk melukiskan wajah manusia setengah badan,
dan sampai saat ini aku belum tahu melukis siapa.
Aku
coba cari inspirasi terjun ke alam, siapa tau disana ada sosok muka yang
cantik, asalkan jangan penampakan. Tiba disana, hanya warna hijau yang penuh
kesejukan yang ku liat dan kurasakan, dari pada diam melamun saja aku coba
gambar pemandangan indah itu saja, siapa tau gambar yang kulukis jadi wajah,
harapku.
Di
sejuk dan sepinya hutan ini, tiba-tiba
ada yang memegang pundakku, selintas terpikir dan tergambar dalam benakku,
sosok makhluk halus seperti di film-film horror yang menyeramkan itu, tapi saat
kulihat tenyata benar, sosok wajah yang kulihat seperti wajah-wajah yang di film-film itu, untungnya
bukan film horror, tapi film percintaan gitu. Karna saat pundakku dipegang dan
aku membalikkan wajah, yang kulihat adalah anugerah terindah yang pernah
dirasakan mataku ini, ia seperti cahaya terang di pagi hari, raut wajahnya
berikan gambaran kegemasan jari-jari yang melihatnya, dan yang sangat membuat
waktu berhenti tuk sejenak adalah senyum pertamanya padaku yang mewarnai
pengelihatanku dan menandai keramahan pribadi milikknya.
Tiba-tiba
dia berbicara padaku dengan suaranya yang indah, bersihkan telinga dan warnai
suara hutan ini, dia bertannya padaku,
“
lagi melukis ya ?”
Bibirku
susah untuk bergerak dan menjawab pertannyaan gadis cantik depanku ini,
“ko
diam ? oh ya kenalin”(menjulurkan tangan)
Karna
binggung dan girang dalam hati aku pun menjawab dan berkenalan dengan dia meski
tergesa-gesa,
“oh
iya, maaf !”(menjabat tangan)
“aku
Sani, kamu ? “ (tersenyum)
“Tovan”
“
oh iya tovan sedang melukis ya ?”
“ia,
melukis, melukis “
“
bagus lukisanmu !”
“ah
engga, ini biasa saja “
“
tapi bagus kok, oh ya suka di sanggar mana kamu melukis, siapa tau aku mau
minta ajarin ? hehe kalo boleh “
“oh,
boleh boleh kok , di sanggar Agustinus , jalan kiaracondong “
Di
tengah perkenalan tiba-tiba dia di panggil seseorang .
“makasih
yah aku buru-buru nih van , entar aku mampirlah ke sanggar kamu pengen tau cara
ngelukis, duluan yah dah “(pergi)
Aku
tak dapat bicara apa-apa, aku masih kaget dengan pertemuan yang tak disengaja
ini, aku masih belum terhenti terpengaga, aku heran, kaget dan binggung, siapa
gadis cantik tadi, aku menyesal sangat menyesal, bodohnya aku tidak meminta
alamat rumah atau sekolahnnya dimana . Diperjalanan dan sampainya dirumah aku
tetap dihantui rasa penyesalan yang amat teramat dalam, takut dan menyayangkan
kalau sampai mata ku tak melihat wajah cantiknya lagi, satu arti tuk hari ini “
Ini sore yang menabjubkan”.
Telah
kutemukan bunga di tengah hutan, alangkah indahnya jika bisa ingin sekali
kupetik tuk hias rumahku, mungkin itu suatu kalimat yang cocok ku berikan
padanya karena kuingin dia hiasi setiap langkah dalam hidupku . Bangun aku dari
tidurku yang lelap, ku mulai siapkan diri tuk mengayunkan perkakas ku untuk
mewarnai dunia. Teringat dengan perempuan kemarin, ku coba tuk membayangkan
raut wajahnya, tapi sepertinya perlahan aku mulai lupa dengan wajahnya yang
begitu indah. Tapi semoga hari ini dia datang ke sanggar, seperti apa katanya
kemarin, meskipun entah kapan ia datang tapi aku akan menunggunya. Sampai aku
disanggar, aku tak melihat tanda-tanda adanya gadis cantik bernama Sani itu, di
sini yang kulihat hanya pak tua saja ku coba tanyakan padanya,
“
pak, liat gadis cantik datang kesini ? “
“
gila kamu, datang-datang bukannya ucapkan salam malah nanya gadis !”
“
oh ia lupa, tapi ini serius pak ?”
“alasan
kamu, gadis ya pasti cantik, orangkan dia, ya pasti ada namanya ?”
“
tapi ini beda cantiknya, Sani pak namanya ?”
“
mau Sani, Sana atau Sini , yang jelas dari tadi aku sendiri !”
Datang-datang
aku malah di suguhi ceramah, sentimen dia, mentang-mentang aku belum bayaran
bulanan. Aku tunggu –tunggu belum ada tanda-tanda datangnya gadis itu padahal
matahari mulai ngantuk meredup, mungkin dia takan datang atau dulu dia hanya
basa-basi saja. Lebih baik aku pulang saja, mungkin ini bukan hariku. Pejamkan
mata terulang kembali seperti kemarin pergi dari bangunku menuju kampus, di
kampus ternyata kita diberi waktu kesempatan untuk mengumpulkan lukisan dan
mempresentasikannya dalam skripsi hanya seminggu, terhitung dari sekarang.
Mungkin sudah tak ada waktu untuk berleha-leha, akan kumulai goresan pertama
disanggar .
Ternyata
cerita di sanggar ini berbeda, Tuhan memberikan cerita lain Dia menunjukkan
Maha karya-Nya, saat ku tenggok kulihat anugerah terindah itu perempuan yang
kutunggu dari kemarin. Melihat tawanya mendengar senandungnya, terlihat jelas
di mataku warna-warna indahnya. Saat aku memerhatikan dia, tiba-tiba dia mengagetkanku,
“woi,
ngelamun ya sampe ngeliatin kaya gitu ?”
“ia
dikit-dikit “
“coba
tebak van, aku lagi ngapain disini ?”
“lagi
nunggu akukan !”
“
yey geer kamu , aku tuh mulai sekarang ikutan belajar lukis di sanggar ini “
“
oh, hehe tapi bagus lagi “
“
kenapa bagus ?”
“berarti
aku bakal ketemu tiap hari sama kamu dong, tapi ingat disini aku senior kamu
loh ! “
“
beuh blagu kamu, oh ya ayo uda mulai ngelukis tuh !”
Terimakasih
Tuhan, Engkau pertemukan dan bakal pertemukan ku lagi dan lagi dengan dia amin.
Ternyata perempuan itu ramah juga, saat teringat dia aku ingin sekali dia
rasakan apa yang kurasakan terhadapnya , jika dia dapat melihat parasnya dari
mataku, jika dia dapat mendengar suaranya dari telingaku, jika dia dapat
menyentuh raganya lewat jemariku, maka dia akan tau dan sadar bahwa dirinya
telah perindah hariku. Setelah hari ini ku lewati hari dengannya, aku senang
dan ku mohon semoga hari ini menjadi gambaran untuk hari esok, dan arti hari
ini adalah “perempuan itu
adalah bingkisan Tuhan untukku. Setelah ku lewati hari
penuh dengan perempuan itu, di sanggar ini aku memutuskan, Sani perempuan itu yang akan menjadi objek
lukisku untuk tugas akhir kuliahku. Karena selama ini aku yang selalu gagal dalam melukis wajah,
dan semoga karena aku selalu mengingat wajahnya dalam benakku aku dapat dengan
mudah melukisnya. Dan setelah kutanyakan dan kujelaskan pada sani, dia dengan
senang hati dan kegirangan ingin di lukis olehku. Dan hari pagi ini akan
kupersiapkan menyambuti awal ku kayuhkan koas untuk menggoreskan tinta di
kanvas dengan objek yang indah, dan arti awal ini mungkin “perempuan itu terang
dalam gelapku”
Waktu-waktu
kulalui dengan sangat membahagiakan canda tawa dan perasaan sayang mulai tumbuh
dan mekar dalam hatiku dan mungkin hatinya, dalam setiap aku menggoreskan tinta
dan setiap ku memilih warna, setiap itulah kuperhatikan perempuan itu, disaat pagi berganti sore, siang berganti
malam, terbit berganti tenggelam, saat itulah rasa cinta tumbuh di tengah canda
dan tawa kita berdua. Lukisanpun hanya tinggal sedikit lagi, ya bisa dibilang
tinggal finishing, tanpa terasa
lukisan akan selesai dan memang waktunyapun akan berakhir, saat aku dekat
dengan perempuan itu saat itu pula aku melukis, seperti kata pribahasa “
mendayung satu dua pulau terlampaui” ataupun “menyelam sambil minum air “.
Dua
hari sebelum sidang, besok akan ku selesaikan lukisan itu dan aku akan
memperlihatkannya nanti setelah sidang karena selama ini dia belum aku izinkan
untuk melihat lukisannya. Tuhan aku mohon untuk hari ini esok dan lusa
lancarkanlah harikku dan hariku bersamanya. Pagi ini aku bergegas ke sanggar
untuk mengakhiri lukisan itu, iringan suara burung dan bisikan daun-daun yang bergoyang karena
dorongan anginpun menghiasi sepanjang perjalananku ke sanggar, sesampainya disana
akupun duduk dikursi yang biasa ku tempati akupun telah menyiapkan kanvas yang
telah kulukis dan koas bersama warna-warnanya telah kusiapkan. Hanya satu yang
tinggal kutunggu, Sani perempuan itu yang akan mengakhiri masa siswaku, iapun
datang
“
maaf lama van “ (tersenyum)
“
ok, gapapa .”
“
seperti inikan posisinya ?“
“ia,
siapkan? Akan aku mulai nih.”
“ok,
siap-siap”
Aneh,
mengapa perasaanku seperti tidak enak ? padahal seharusnya ini adalah waktu
yang kutunggu-tunggu, tapi seperti terlintas dalam hati kecilku, bahwa ini
detik-detik terakhirku dan terdengar bisikan dari hatikku bahwa aku harus
menikmati detik-detik ini karena mungkin takbisa rasakan lagi . Aku harus
konsentrasi , padahal hanya tinggal goresan goresan kecil, tapi kenapa aku
malah meneteskan air mata,
“kenapa
van? Kamu nangis “
“hah,
engga ko gapapa”
“engga
gimana? Itu kamu nangis”
“ha
engga ko, terharu kali matanya , liat muka kamu yang cantik “
Aku
coba menutup-nutupi perasaan, baik akan ku awali dengan Basmallah, akupun mulai mengakhiri lukisan ini, meskipun perasaan
tidak enak mengiringinya. Ternyata selesai juga lukisan ini,
“
beres van? mana
aku liat “
“
jangan sekarang, besok aja udah aku sidang “
“
janji ya besok? Jelek ya “
“Justu
lukisannya jelek karena kamunya terlalu cantik, dan aku gakan mungkin bisa niru
“
“ah
bisa aja kamu, dasar tukang gombal, aku duluan ya ada acara nih? “
“ia
ia, eh makasih banyak-banyak banget, kamu udah mau ini itu ngeluangin banyak
banget waktu”
“udah-udah
kaya gakan ketemu lagi aja “
“oh
ia jangan lupa doain moga lulus sidangnya?”
“
ok pasti-pasti apa sih yang engga buat kamu, dah “
Selesailah
semua ini akupun pulang untuk istirahat, aku berpikir apa judul untuk lukisan
ini ? lebih baik sambil jalan-jalan aku mencari inspirasi untuk judulnya. Di
taman dekat rel kereta api aku mencari inspirasi, aku malah kepikiran
perasaanku tadi saat aku melihat Sani perasaanku menjadi tidak enak, seperti
terlintas dalam hati kecilku, bahwa ini detik-detik terakhirku dan terdengar
bisikan dari hatikku bahwa aku harus menikmati detik-detik ini karena mungkin
takbisa rasakan lagi, sepertinya detik terakhir telah ada di depan mata, apa
arti semua itu. Saat aku duduk di dekat rel tiba-tiba terdengar suara yang amat
teramat keras dari kereta yang melaju dari sampingku, gemuruh suara dari
kejauhan sudah terdengar dan getarannyapun telah terasa menyentuh tanah, saat
melaju dengan cepat dan melewatiku.
Saat
itu tiba-tiba jantungku terasa akan berhenti, nadiku mengeras, darah ku seakan
berhenti mengalir dan tubuhku seakan hampa tanpa nyawa. Aku takpercaya akan
semua ini, rasa sakit yang teramat sakit, telah kurasakan. Penyesalan yang amat
sangat teramat mendalam telah kualami, semua perasaanku tadi ternyata benar
rasa takut saat melihat perempuan itu benar terjadi, waktu jam-jam,
menit-menit, detik-detik
terakhir tadi takbisa dirasakan lagi. Detik terakhir telah ada didepan mata
telah aku rasakan perihnya sakitnya yang tak tertahankan. Aku tak percaya lagi
akan guna matahari yang tak mampu terangi sudut gelap hati ini, aku menunggu
datang gelap, kenapa ada derita bila bahagia tercipta, kenapa ada sang hitam
bila putih menyenangkan. Kau berikakan aku bahagia dan kau berikan aku derita,
kau ajarkan aku senyuman dan kau baluti aku dengan durimu. Mungkin kuharus
terima kekalahanku, dan aku harus saluti kemenanganmu. Aku harus pulang, tapi
tak ada dendam untuk sang bunga.
Ternyata
orang yang disebrang yang tadi kuperhatikan berduaan, bermesraan dan yang
kulihat berciuman saat kereta melintas adalah perempuan itu, dia Sani, orang yang
telah memberiku jalan melangkah seluas daratan, orang yang memberikan warna
sebanyak butiaran pasir, orang yang memberi dan mengajarkanku cinta, aku tak
menyangka semua ini seperti mimpi. Lalu apa semua arti selama ini ? Mungkin
selama ini aku hanya melukis untuk kelulusanku saja, tidak semua itu takan
berarti, ternyata mungkin selama ini aku hanya melukis dari goresan tinta bening , karena kelulusanku takan
membuatku hebat tanpa dia,.
Itulah
alasan saya mengambil judul lukisan ini Goresan Tinta Bening, aku bertanya-tanya
apa salahku kau buat begini, kau tarik ulurhatiku hingga sakit yang kurasa,apa
memang ini yang kamu inginkan, tak ada sedikitpun perasaanmu padaku. Akhirnya
kini aku mengerti apa yang ada dipikiranmu selama ini, kau hanya ingin permainkan
perasaanku, tak ada hati tak ada cinta. Mohon maaf kepada dosen penguji,
kawan-kawan dan hadirin yang datang di sidang akhir Fakultas Seni Rupa, karena
saat sidang saya mencurahkan perasaan pribadi, itulah hasil presentasi saya
yang dapat saya sampaikan, dan apabila saya lulus saya ucapkan terimakasih
kepada Sani tanpa dia saya tidak akan dapat sidang di depan semua orang ini. Sekian, terimakasih atas perhatian semuanya
Wassallam mualaikum, wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar