Rabu, 03 April 2013

cerpen



Goresan Tinta Bening
Tidak terasa, sebentar lagi aku akan menjadi seorang sarjana seni rupa, aku yang bekuliah di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Bandung, dan untuk mengakhiri masa kuliahku, aku dihadapkan pada tugas akhirku untuk melukiskan wajah manusia setengah  badan, dan sampai saat ini aku belum tahu melukis siapa.
Aku coba cari inspirasi terjun ke alam, siapa tau disana ada sosok muka yang cantik, asalkan jangan penampakan. Tiba disana, hanya warna hijau yang penuh kesejukan yang ku liat dan kurasakan, dari pada diam melamun saja aku coba gambar pemandangan indah itu saja, siapa tau gambar yang kulukis jadi wajah, harapku.
Di sejuk dan sepinya  hutan ini, tiba-tiba ada yang memegang pundakku, selintas terpikir dan tergambar dalam benakku, sosok makhluk halus seperti di film-film horror yang menyeramkan itu, tapi saat kulihat tenyata benar, sosok wajah yang kulihat seperti  wajah-wajah yang di film-film itu, untungnya bukan film horror, tapi film percintaan gitu. Karna saat pundakku dipegang dan aku membalikkan wajah, yang kulihat adalah anugerah terindah yang pernah dirasakan mataku ini, ia seperti cahaya terang di pagi hari, raut wajahnya berikan gambaran kegemasan jari-jari yang melihatnya, dan yang sangat membuat waktu berhenti tuk sejenak adalah senyum pertamanya padaku yang mewarnai pengelihatanku dan menandai keramahan pribadi milikknya.
Tiba-tiba dia berbicara padaku dengan suaranya yang indah, bersihkan telinga dan warnai suara hutan ini, dia bertannya padaku,
“ lagi melukis ya ?”
Bibirku susah untuk bergerak dan menjawab pertannyaan gadis cantik depanku ini,
“ko diam ? oh ya kenalin”(menjulurkan tangan)
Karna binggung dan girang dalam hati aku pun menjawab dan berkenalan dengan dia meski tergesa-gesa,
“oh iya, maaf !”(menjabat tangan)
“aku Sani, kamu ? “ (tersenyum)
“Tovan”
“ oh iya tovan sedang melukis ya ?”
“ia, melukis, melukis “
“ bagus lukisanmu !”
“ah engga, ini biasa saja “
“ tapi bagus kok, oh ya suka di sanggar mana kamu melukis, siapa tau aku mau minta ajarin ? hehe kalo boleh “
“oh, boleh boleh kok , di sanggar Agustinus , jalan kiaracondong
Di tengah perkenalan tiba-tiba dia di panggil seseorang .
“makasih yah aku buru-buru nih van , entar aku mampirlah ke sanggar kamu pengen tau cara ngelukis, duluan yah dah “(pergi)
Aku tak dapat bicara apa-apa, aku masih kaget dengan pertemuan yang tak disengaja ini, aku masih belum terhenti terpengaga, aku heran, kaget dan binggung, siapa gadis cantik tadi, aku menyesal sangat menyesal, bodohnya aku tidak meminta alamat rumah atau sekolahnnya dimana . Diperjalanan dan sampainya dirumah aku tetap dihantui rasa penyesalan yang amat teramat dalam, takut dan menyayangkan kalau sampai mata ku tak melihat wajah cantiknya lagi, satu arti tuk hari ini “ Ini sore yang menabjubkan”.
Telah kutemukan bunga di tengah hutan, alangkah indahnya jika bisa ingin sekali kupetik tuk hias rumahku, mungkin itu suatu kalimat yang cocok ku berikan padanya karena kuingin dia hiasi setiap langkah dalam hidupku . Bangun aku dari tidurku yang lelap, ku mulai siapkan diri tuk mengayunkan perkakas ku untuk mewarnai dunia. Teringat dengan perempuan kemarin, ku coba tuk membayangkan raut wajahnya, tapi sepertinya perlahan aku mulai lupa dengan wajahnya yang begitu indah. Tapi semoga hari ini dia datang ke sanggar, seperti apa katanya kemarin, meskipun entah kapan ia datang tapi aku akan menunggunya. Sampai aku disanggar, aku tak melihat tanda-tanda adanya gadis cantik bernama Sani itu, di sini yang kulihat hanya pak tua saja ku coba tanyakan padanya,
“ pak, liat gadis cantik datang kesini ? “
“ gila kamu, datang-datang bukannya ucapkan salam malah nanya gadis !”
“ oh ia lupa, tapi ini serius pak ?”
“alasan kamu, gadis ya pasti cantik, orangkan dia, ya pasti ada namanya ?”
“ tapi ini beda cantiknya, Sani pak namanya ?”
“ mau Sani, Sana atau Sini , yang jelas dari tadi aku sendiri !”
Datang-datang aku malah di suguhi ceramah, sentimen dia, mentang-mentang aku belum bayaran bulanan. Aku tunggu –tunggu belum ada tanda-tanda datangnya gadis itu padahal matahari mulai ngantuk meredup, mungkin dia takan datang atau dulu dia hanya basa-basi saja. Lebih baik aku pulang saja, mungkin ini bukan hariku. Pejamkan mata terulang kembali seperti kemarin pergi dari bangunku menuju kampus, di kampus ternyata kita diberi waktu kesempatan untuk mengumpulkan lukisan dan mempresentasikannya dalam skripsi hanya seminggu, terhitung dari sekarang. Mungkin sudah tak ada waktu untuk berleha-leha, akan kumulai goresan pertama disanggar .
Ternyata cerita di sanggar ini berbeda, Tuhan memberikan cerita lain Dia menunjukkan Maha karya-Nya, saat ku tenggok kulihat anugerah terindah itu perempuan yang kutunggu dari kemarin. Melihat tawanya mendengar senandungnya, terlihat jelas di mataku warna-warna indahnya. Saat aku memerhatikan dia, tiba-tiba dia mengagetkanku,
“woi, ngelamun ya sampe ngeliatin kaya gitu ?”
“ia dikit-dikit “
“coba tebak van, aku lagi ngapain disini ?”
“lagi nunggu akukan !”
“ yey geer kamu , aku tuh mulai sekarang ikutan belajar lukis di sanggar ini “
“ oh, hehe tapi bagus lagi “
“ kenapa bagus ?”
“berarti aku bakal ketemu tiap hari sama kamu dong, tapi ingat disini aku senior kamu loh ! “
“ beuh blagu kamu, oh ya ayo uda mulai ngelukis tuh !”
Terimakasih Tuhan, Engkau pertemukan dan bakal pertemukan ku lagi dan lagi dengan dia amin. Ternyata perempuan itu ramah juga, saat teringat dia aku ingin sekali dia rasakan apa yang kurasakan terhadapnya , jika dia dapat melihat parasnya dari mataku, jika dia dapat mendengar suaranya dari telingaku, jika dia dapat menyentuh raganya lewat jemariku, maka dia akan tau dan sadar bahwa dirinya telah perindah hariku. Setelah hari ini ku lewati hari dengannya, aku senang dan ku mohon semoga hari ini menjadi gambaran untuk hari esok, dan arti hari ini adalah “perempuan itu adalah bingkisan Tuhan untukku. Setelah ku lewati hari penuh dengan perempuan itu, di sanggar ini aku memutuskan,  Sani perempuan itu yang akan menjadi objek lukisku untuk tugas akhir kuliahku. Karena selama ini  aku yang selalu gagal dalam melukis wajah, dan semoga karena aku selalu mengingat wajahnya dalam benakku aku dapat dengan mudah melukisnya. Dan setelah kutanyakan dan kujelaskan pada sani, dia dengan senang hati dan kegirangan ingin di lukis olehku. Dan hari pagi ini akan kupersiapkan menyambuti awal ku kayuhkan koas untuk menggoreskan tinta di kanvas dengan objek yang indah, dan arti awal ini mungkin “perempuan itu terang dalam gelapku”
Waktu-waktu kulalui dengan sangat membahagiakan canda tawa dan perasaan sayang mulai tumbuh dan mekar dalam hatiku dan mungkin hatinya, dalam setiap aku menggoreskan tinta dan setiap ku memilih warna, setiap itulah kuperhatikan perempuan itu,  disaat pagi berganti sore, siang berganti malam, terbit berganti tenggelam, saat itulah rasa cinta tumbuh di tengah canda dan tawa kita berdua. Lukisanpun hanya tinggal sedikit lagi, ya bisa dibilang tinggal finishing, tanpa terasa lukisan akan selesai dan memang waktunyapun akan berakhir, saat aku dekat dengan perempuan itu saat itu pula aku melukis, seperti kata pribahasa “ mendayung satu dua pulau terlampaui” ataupun “menyelam sambil minum air “.
Dua hari sebelum sidang, besok akan ku selesaikan lukisan itu dan aku akan memperlihatkannya nanti setelah sidang karena selama ini dia belum aku izinkan untuk melihat lukisannya. Tuhan aku mohon untuk hari ini esok dan lusa lancarkanlah harikku dan hariku bersamanya. Pagi ini aku bergegas ke sanggar untuk mengakhiri lukisan itu, iringan suara burung  dan bisikan daun-daun yang bergoyang karena dorongan anginpun menghiasi sepanjang perjalananku ke sanggar, sesampainya disana akupun duduk dikursi yang biasa ku tempati akupun telah menyiapkan kanvas yang telah kulukis dan koas bersama warna-warnanya telah kusiapkan. Hanya satu yang tinggal kutunggu, Sani perempuan itu yang akan mengakhiri masa siswaku, iapun datang
“ maaf lama van “ (tersenyum)
“ ok, gapapa .”
“ seperti inikan posisinya ?“
“ia, siapkan? Akan aku mulai nih.”
“ok, siap-siap”
Aneh, mengapa perasaanku seperti tidak enak ? padahal seharusnya ini adalah waktu yang kutunggu-tunggu, tapi seperti terlintas dalam hati kecilku, bahwa ini detik-detik terakhirku dan terdengar bisikan dari hatikku bahwa aku harus menikmati detik-detik ini karena mungkin takbisa rasakan lagi . Aku harus konsentrasi , padahal hanya tinggal goresan goresan kecil, tapi kenapa aku malah meneteskan air mata,
“kenapa van? Kamu nangis “
“hah, engga ko gapapa”
“engga gimana? Itu kamu nangis”
“ha engga ko, terharu kali matanya , liat muka kamu yang cantik “
Aku coba menutup-nutupi perasaan, baik akan ku awali dengan Basmallah, akupun mulai mengakhiri lukisan ini, meskipun perasaan tidak enak mengiringinya. Ternyata selesai juga lukisan ini,
“ beres van? mana aku liat “
“ jangan sekarang, besok aja udah aku sidang “
“ janji ya besok? Jelek ya  
“Justu lukisannya jelek karena kamunya terlalu cantik, dan aku gakan mungkin bisa niru “
“ah bisa aja kamu, dasar tukang gombal, aku duluan ya ada acara nih? “
“ia ia, eh makasih banyak-banyak banget, kamu udah mau ini itu ngeluangin banyak banget waktu”
“udah-udah kaya gakan ketemu lagi aja “
“oh ia jangan lupa doain moga lulus sidangnya?”
“ ok pasti-pasti apa sih yang engga buat kamu, dah “
Selesailah semua ini akupun pulang untuk istirahat, aku berpikir apa judul untuk lukisan ini ? lebih baik sambil jalan-jalan aku mencari inspirasi untuk judulnya. Di taman dekat rel kereta api aku mencari inspirasi, aku malah kepikiran perasaanku tadi saat aku melihat Sani perasaanku menjadi tidak enak, seperti terlintas dalam hati kecilku, bahwa ini detik-detik terakhirku dan terdengar bisikan dari hatikku bahwa aku harus menikmati detik-detik ini karena mungkin takbisa rasakan lagi, sepertinya detik terakhir telah ada di depan mata, apa arti semua itu. Saat aku duduk di dekat rel tiba-tiba terdengar suara yang amat teramat keras dari kereta yang melaju dari sampingku, gemuruh suara dari kejauhan sudah terdengar dan getarannyapun telah terasa menyentuh tanah, saat melaju dengan cepat dan melewatiku.
Saat itu tiba-tiba jantungku terasa akan berhenti, nadiku mengeras, darah ku seakan berhenti mengalir dan tubuhku seakan hampa tanpa nyawa. Aku takpercaya akan semua ini, rasa sakit yang teramat sakit, telah kurasakan. Penyesalan yang amat sangat teramat mendalam telah kualami, semua perasaanku tadi ternyata benar rasa takut saat melihat perempuan itu benar terjadi, waktu jam-jam, menit-menit, detik-detik terakhir tadi takbisa dirasakan lagi. Detik terakhir telah ada didepan mata telah aku rasakan perihnya sakitnya yang tak tertahankan. Aku tak percaya lagi akan guna matahari yang tak mampu terangi sudut gelap hati ini, aku menunggu datang gelap, kenapa ada derita bila bahagia tercipta, kenapa ada sang hitam bila putih menyenangkan. Kau berikakan aku bahagia dan kau berikan aku derita, kau ajarkan aku senyuman dan kau baluti aku dengan durimu. Mungkin kuharus terima kekalahanku, dan aku harus saluti kemenanganmu. Aku harus pulang, tapi tak ada dendam untuk sang bunga.
Ternyata orang yang disebrang yang tadi kuperhatikan berduaan, bermesraan dan yang kulihat berciuman saat kereta melintas adalah perempuan itu, dia Sani, orang yang telah memberiku jalan melangkah seluas daratan, orang yang memberikan warna sebanyak butiaran pasir, orang yang memberi dan mengajarkanku cinta, aku tak menyangka semua ini seperti mimpi. Lalu apa semua arti selama ini ? Mungkin selama ini aku hanya melukis untuk kelulusanku saja, tidak semua itu takan berarti, ternyata mungkin selama ini aku hanya melukis dari goresan tinta bening , karena kelulusanku takan membuatku hebat tanpa dia,.
Itulah alasan saya mengambil judul lukisan ini Goresan Tinta Bening, aku bertanya-tanya apa salahku kau buat begini, kau tarik ulurhatiku hingga sakit yang kurasa,apa memang ini yang kamu inginkan, tak ada sedikitpun perasaanmu padaku. Akhirnya kini aku mengerti apa yang ada dipikiranmu selama ini, kau hanya ingin permainkan perasaanku, tak ada hati tak ada cinta. Mohon maaf kepada dosen penguji, kawan-kawan dan hadirin yang datang di sidang akhir Fakultas Seni Rupa, karena saat sidang saya mencurahkan perasaan pribadi, itulah hasil presentasi saya yang dapat saya sampaikan, dan apabila saya lulus saya ucapkan terimakasih kepada Sani tanpa dia saya tidak akan dapat sidang di depan semua orang ini. Sekian, terimakasih atas perhatian semuanya Wassallam mualaikum, wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar