Rabu, 03 April 2013

cerpen



Mawar Disapa Badai

            Teman kecil kau terdiam tak berdaya, di tengah reributan orang-orang yang berlarian menghindari bisingnya suara-suara tembakan. Ijinkan aku membantu beri seteguk susu. Teman kecil kau menunduk dan terteguk, pandangi lelaki yang terkapar pucat membisu disampingmu. Sungguh terlenyap hati ini, sungguh waktu terasa berhenti sejenak, saat  mereka bilang itu ayahmu,. Entah apa yang ada di benakmu, tapi bahasa tubuhmu, raut muka lugumu, lucunya pipi merah dan berai matamu tunjukan, sobat kecil kau belum mengerti. Ayahmu telah berpulang, ibumu tak tau dimana, begitulah getirnya makna hidupmu. Niat tulus berbagi, ringankan kisah pahitmu, kumohon sambut uluran tanganku. Teman kecil kau menunduk dan terlemas membisu, ratapi lelaki yangterkapar disampingmu dengan sebuah lubang peluru didadanya. Teman kecil kau belum mengerti ayahmu telah berpulang, tapi yang terlihat dari bahasa tubuh dan mata sayumu, kau membaca tanpa mata, mungkin batinmu yang mengerti, sayang matamu belum mengerti. Seakan jurang tercipta untukmu teman kecil.
Maafkan aku membawamu ke gubuk ini teman, tapi disini cukup aman untuk berlindung dari tentara-tentara keji tak bermanusiawi itu. Akan kubesarkan kau disini, biar aku takkan pulang kenegeriku, semoga peperangan ini cepat berakhir tenanglah sobat akan kucoba menghangatkanmu dengan sebatang lilin di tengah badai ini. Akupun tak ingin kau meredup dan membeku dan lilin ini segalanya yang tersisa. Mari kita coba berusaha bertahan dengan do’a lelaki yang terkapar itu . Kupercaya ini takan berakhir sampai disini. Teman kecil takan kubiarkan dirimu terbunuh dalam sepi. Akan kutenangkan resahmu saat langkahmu terasa berat, akan ku teduhkan jiwamu saat matahari bersinar pijar. Sebelum kau tersudut menunggu mati, terimalah uluran tanganku. Aku yakin teman kau adalah bingkisan Tuhan yang akan perindah bumi kita, dan kau yang akan buatku tersenyum saat aku lelah nanti . Biarkanlah aku bersandar di pundakmu, saat raga ini tak sanggup tuk berdiri.
             Dewasa kelak kau kembali, bangkitkan bumi kita agar tak lagi menangis .Dan dewasa kelak kau kembali berikan berikan sentuhan agar bumi kita tak lagi merintih. Karena ketika aku melihatmu teman, aku lihat cahaya terang, aku dapat merasakan kemana kan pergi. Ketika aku injak bumi ini, aku yakin semua akan kembali aku nikmati. Melihat cahaya itu dalam dirimu, takan pernah aku takut takan pernah aku sedih, hadapi semua ini.
            Setelah waktu-waktu berlalu kulalui denganmu teman, masih kuingat serapuk kelopak sang mawar yang disapa badai cobaan, berselimutkan rautan bilik yang rapuh . Saat engkau teman menahan sendiri, diterpa dan luka oleh senja. Setelah sang mawar dijaga, munculah matahari pagi bermahkotakan embun. Saat engkau ada disini dan peka terhadap semua, datanglah cahaya terang . Mawar kini ku memanggilmu teman, teman kecil yang beranjak lanjut usia. Mawar yang cantik, cepatlah kau besar ajarkan dunia, berbagi seperti apa yang aku ajarkan nanti. Dengan senyummu senjata pembeku tentara bernyanyi ikuti tingkahmu, tak ada lagi yang kutakuti, ku terlindungi dengan sentuhanmu. Saat engkau bangkitkan dunia, tak adalagi naluri menguasai , perlahan berganti naluri berbagi. Senyuman, tawa ceriamu yang telah terdengar menghiasi telinga ini, kini telah bersiap. Karena baru saja kulihat kau telah berdiri coba berlari, tak pernah kau jera, hidup yang inginkan . Kilau hari-hari dan birunya langit, terhapus rasa indah terpejam oleh lelah. Dalam lelahnya mata, nikmat dunia menjelma, sejenak kau berharap tenag malam tanpa batas. Bundamu yang entah dimana pasti bisikan, jangan pernah menyerah jalani tanpa dia kan. Kelak syukur kau ucapkan pada diri-Nya, ku mohonkan mudahkan hidup teman kecilku Mawar, dan hiasilah dengan belai-Mu. Sucikan tangan–tangan yang memegang erat hatinya, terangi harinya dengan lembut mentari-Mu, buka genggaman yang telah menjadi hak mereka. Buatlah senyuman anak ini kan selalu berseri .
            Kini kan kutunggu kau berlari sekencang-kencangnya, untuk menggapai mimpi-mimpimu. Bahkan mungkin nanti, kau akan melompat lebih tinggi dan jauh mengayuh melewati tujuan hidup yang kan kau tempuh Mawar. Kini biarlah masa lalumu dan diriku, menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan. Hidupku dan hidupmu ini adalah perjalanan terindah,  hidupmu dan hidupku ini adalah film terbaik dalam bumi kita ini, kan kussaksikan aksi-aksimu selanjutnya Mawar, kan kutunggu karena kau kan jadi pemenang. Takkan pernah menyesal aku datang kebumi kelahiran engkau ini Mawar. Apalagi akan kulihat engkau memberikan sentuhan–sentuhan yang kan rapuhkan lumut-lumut yang menjadi racun dan kan mengubah manusia dengan virusnya. Tunjukan padaku engkau jadi pemimpin sebelum waktu yang tepat untuk berpisah itu tiba, karena aku tidak mau ada yang terlewatkan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar